2.1. Telaah Pustaka
2.1.1. HIV/AIDS
a. Pengertian HIV/AIDS
Acquired
Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV) Dalam bahasa Indonesia AIDS disebut sindrom
cacat kekebalan tubuh. Seseorang yang terinfeksi virus HIV atau menderita AIDS
sering disebut dengan ODHA singkatan dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS.
Penderita infeksi HIV dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan
gejala atau penyakit tertentu yang merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh
yang disebabkan virus HIV (Depkes RI, 2006).
Defenisi AIDS menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) dalam Jayanti (2008) lebih melihat pada gejala yang ditimbulkan pada
tahapan perubahan penderita HIV/AIDS, yaitu pada orang dewasa remaja umur 13
tahun atau lebih adalah terdapatnya satu dari beberapa keadaan yang menunjukkan
imunosupresi berat yang berhubungan dengan infeksi HIV, seperti Pneumocystis Carnii Pneumonia (PCP),
suatu infeksi paru yang sangat jarang terjadi pada penderita yang tidak
terinfeksi HIV mencakup infeksi oportunistik yang jarang menimbulkan bahaya
pada orang sehat. Selain infeksi kanker dalam penetapan CDC 1993, juga termasuk
ensefalopati, sindrom kelelahan yang berkaitan dengan AIDS dan hitungan tes
darah menunjukkan jumlah CD4 < 200/ml.
Virus HIV merupakan retrovirus
yang termasuk dalam famili lentivirus.
Retrovirus mempunyai kemampuan
menggunakan RNAnya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama
periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovitus
yang lain, HIV menginveksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang (klinik
laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV
menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut
terjadi dengan menggunakan DNA (Deoxyribonucleic Acid) dari CD4 (Cluster of
Differentiation 4)
dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam proses tersebut, virus ini
menghancurkan CD4 dan limfosit T tetapi juga limfosit B, monosit, dan marofag
dan sebagainya. Selanjutnya bisa memudahkan infeksi oportunistik di dalam
tubuh. Kondisi inilah yang disebut AID (Depkes RI, 2006).
b. Cara Penularan HIV/AIDS
Penularan HIV akan terjadi bila ada kontak langsung atau
percampuran cairan tubuh yang mengandung HIV, yaitu:
1.
Melalui hubungan seks
dengan pasangan yang mengidap HIV, baik melalui vagina (genetalia), dubur (anus), maupun mulut (oral).
2.
Melalui tranfusi darah
atau produk darah yang mengandung HIV.
3.
Melalui jarum suntik
atau alat-alat penusuk (tindik, tato, cukur kumis/ jenggot), yang tercemar HIV,
oleh karena itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama oleh para pecandu
narkotika akan mudah menularkan HIV diantara mereka bila salah satu diantaranya
seorang pengidap HIV.
4.
Ibu hamil yang mengidap
HIV kepada bayi dalam kandungannya (BKKBN, 2005).
Mengingat pola transmisi HIV atau penularan HIV seperti
disebutkan di atas, maka terdapat orang-orang yang memiliki prilaku beresiko
tinggi terinveksi HIV, diantaranya:
1.
Wanita dan laki-laki
berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual tanpa pengaman
(kondom).
2.
Wanita pekerja seksual
dan pria pekerja seksual serta pelanggannya.
3.
Penyalahgunaan
narkotika dengan suntikan yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
(bergantian).
4.
Menggunakan alat
tindik, tato, jarum atau benda yang dilalui melalui tubuh yang bekas pakai.
5.
Tidak memakai alat-alat
medis dan non medis terutama yang berhubungan dengan cairan tubuh manusia.
6.
Orang-orang yang
melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, seperti hubungan seks melalui
dubur dan oral (BKKBN, 2005).
c. Gejala HIV/AIDS
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak
akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik.
Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang
dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS.
HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma (Wikipedia, 2013).
Gejala HIV/AIDS menurut Mansjoer (1999) yaitu:
1.
Berat badan menurun
lebih dari 10% dalam 1 bulan.
2.
Diare kronik yang
berlangsung lebih dari 1 bulan.
3.
Demam berkepanjangan
lebih dari 1 bulan.
4.
Penurunan kesadaran dan
sistem gangguan neurologi.
Menurut Gentara (2013), infeksi virus
HIV menjadi sangat berbahaya karena tidak menunjukkan gejala spesifik.
Penderita penyakit HIV biasa mengalami gejala yang sama seperti penyakit pada
umumnya seperti demam, badan pegal-pegal, mual, muntah atau batuk kering. Berikut 10 gejala umum virus HIV:
1. Demam
Demam ringan adalah gejala awal yang
paling umum terjadi saat seseorang terpapar virus HIV. Demam ringan ini
seringkali disertai dengan sakit tenggorokan, kelelahan yang ekstrim, dan
pembekakan kelenjar getah bening. Demam adalah reaksi dari sistem kekebalan
tubuh sebagai akibat dari masuknya virus HIV ke aliran darah dengan jumlah yang
berlipat ganda.
2. Nyeri otot
Nyeri otot dan persendian tak hanya
dialami oleh orang-orang yang mengalami gejala penyakit hepatitis dan sifilis,
tapi juga dirasakan seseorang yang telah terpapar virus HIV. Gejala ini
seringkali diabaikan hingga paparan virus HIV benar-benar masuk ke tingkat yang
mengkhawatirkan.
3. Ruam kulit
Ruam bisa berupa bercak-bercak
kemerahan pada kulit atau benjolan menyerupai jerawat dalam jumlah banyak yang tidak
sembuh-sembuh. Gejala ini akan muncul jika paparan virus HIV telah mencapai
pada tingkat yang lebih parah.
4. Mual, muntah,
dan diare
Antara 30-60 persen pengidap HIV akan
mengalami gejala singkat mual, muntah, dan serangan diare. Selain sebagai
gejala HIV tahap lanjut, gejala-gejala di atas juga bisa muncul sebagai efek
samping dari terapi pengobatan.
5. Berat badan
turun drastis
Berat badan turun drastis merupakan
gejala tahap lanjut bahwa tubuh telah terinfeksi HIV. Berat badan turun drastis
bisa terjadi akibat diare atau kurangnya nutrisi tubuh akibat sering
memuntahkan makanan.
6. Batuk Kering
Biasanya batuk kering akan terjadi
setelah satu tahun terjangkit virus HIV, sekaligus menjadi tanda bahwa penyakit
ini semakin memburuk. Penggunaan obat batuk sekali pun tidak dapat meredakan
batuk akibat paparan virus HIV.
7. Perubahan
pada Kuku
Tanda lain dari infeksi HIV adalah
perubahan pada kuku seperti penebalan, kuku melengkung, dan perubahan warna
seperti kuku menghitam atau muncul garis coklat vertikal atau horisontal
dipermukaan kuku. “Perubahan kuku ini dapat terjadi akibat infeksi jamur
seperti kandida. Mengingat penderita HIV mengalami penurunan sistem kekebalan
tubuh, maka jamur tersebut bisa sangat mudah berkembang,”
8.
Infeksi jamur pada mulut
Infeksi jamur tak hanya menyerang
permukaan kuku, tapi juga organ lain seperti mulut. Jika jamur sudah
menginfeksi mulut, maka pengidap HIV akan sulit untuk mengunyah dan menelan
makanan.
9.
Kebingungan dan sulit konsentrasi
Masalah kognitif bisa menjadi tanda
demensia terkait HIV. Selain mengalami kebingungan dan sulit berkonsentrasi,
demensia terkait HIV juga dapat mempengaruhi memori dan masalah perilkau
seperti mudah marah dan tersinggung. Gejala ini diiringi dengan menurunnya
keampuan motoris tubuh seperti menjadi ceroboh, menurunnya kordinasi tubuh, dan
bahkan hilangnya kemampuan untuk menulis.
10.
Herpes Genital
Herpes genital yang terjadi pada
penderita HIV umumnya tidak memiliki gejala yang khas. Namun luka yang muncul
cenderung lebih besar dan lebih dalam. Penyakit ini lebih banyak menular
melalui hubungan kontak kulit dengan penderita, terutama saat berhubungan seks.
Umumnya gejalanya adalah timbul bintil-bintil di bagian luar alat kelamin yang
bentuknya memerah dan membengkak.
d. Manifestasi Klinis HIV/AIDS
Menurut
Depkes RI (2006) perjalanan penyakit infeksi HIV dapat dibagi dalam:
1.
Transmisi virus.
2.
Infeksi HIV primer
(Sindrom retroviral akut).
3.
Serokonversi.
4.
Infeksi kronik
asimtomatik.
5.
Infeksi kronik
simtomatik
6.
AIDS (indikator sesuai
dengan CDC 1993 atau jumlah CD 4<200/ml).
7.
Infeksi HIV lanjut
ditandai dengan jumlah CD 4<500/ml.
Masa
Inkubasi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Dalam beberapa literatur di
katakan bahwa melalui transfusi darah masa inkubasi kira-kira 4,5 tahun,
sedangkan pada penderita homoseksual 2-5 tahun, pada anak- anak rata-rata 21
bulan dan pada orang dewasa 60 bulan.
Ada
beberapa tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
1. Tahap 1, periode jendela
a)
HIV masuk ke dalam
tubuh, sampai terbentuknya antibodi terhadap HIV dalam darah.
b)
Tidak ada tanda-tanda
khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat.
c)
Test HIV belum bisa
mendeteksi keberadaan virus ini.
d)
Tahap ini disebut
periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan.
2. Tahap 2, HIV
Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun
a)
HIV berkembang biak
dalam tubuh.
b)
Tidak ada tanda-tanda
khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat.
c)
Test HIV sudah dapat
mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibodi terhadap HIV.
d)
Umumnya tetap tampak
sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya rata-rata 8 tahun (di
negara berkembang lebih pendek).
3. Tahap 3, HIV
Positif (muncul gejala)
a)
Sistem kekebalan tubuh
semakin turun.
b)
Mulai muncul gejala
infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh,
diare terus menerus, flu, dan lain-lain.
c)
Umumnya berlangsung
selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuh.
4. Tahap 4, AIDS
a)
Kondisi sistem
kekebalan tubuh sangat lemah.
b)
Berbagai penyakit lain
(infeksi oportunistik) semakin parah.
Terdapat
beberapa klasifikasi klinis HIV/AIDS
menurut CDC dan WHO dalam Depkes RI (2006). Klasifikasi dari CDC berdasarkan
gejala klinis dan jumlah sebagai berikut:
CD4
|
Kategori
Klinis
|
|||
Total
|
%
|
A
(asimtomatik,
infeksi akut)
|
B
(Simtomatik)
|
C
(AIDS)
|
≥500/ml
|
≥29%
|
A1
|
B1
|
C1
|
200-499/ml
|
14-28%
|
A2
|
B2
|
C2
|
<200/ml
|
<14%
|
A3
|
B3
|
C3
|
Kategori Klinis meliputi infeksi HIV tanpa gejala (asimtomatik), Persistent Generalized Lymphadenopathy, dan infeksi HIV akut primer
dengan penyakit penyerta atau adanya riwayat infeksi HIV akut. Kategori B
terdiri atas kondisi dan gejala (simtomatik)
pada remaja atau dewasa yang terinfeksi yang tidak termasuk dalam kategori
C. Kategori klinis C meliputi gejala
yang ditemukan pada pasien AIDS misalnya sarkoma
kopasi, pneumonia pneumocystis carinni, kandidiasis esofagus, dan
lain-lain.
e. Pencegahan HIV/AIDS
Penyebaran
HIV/AIDS dapat dicegah dengan berbagai cara, antara lain:
1. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual
a) Memperkuat iman agar tidak terjerumus kedalam hubungan
seksual di luar nikah.
b) Hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangan sendiri
(suami/isteri yang sah).
c) Bila salah seorang pasangan terinfeksi HIV, maka sebaiknya
menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.
d) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2. Pencegahan penularan melalui darah
a)
Pastikan bahwa darah
yang dipakai untuk tranfusi tidak tercemar HIV.
b)
Jika pengidap HIV (+)
jangan mendonorkan darah kepada orang lain. Begitu pula jangan berperilaku
resiko tinggi, misalnya berhubungan seksual dengan banyak pasangan.
c)
Desinfeksi atau
bersihkan alat-alat tajam, seperti jarum, alat cukur, alat tusuk untuk tindik
dengan menggunakan larutan desinfeksi atau dengan pemanasan.
3. Pencegahan penularan melalui ibu-anak (perinatal)
Diperkirakan 50% bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV
(+) akan terinfeksi HIV sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Oleh karena
itu ibu yang mengidap HIV (+) sebaiknya tidak memutuskan untuk hamil.
4. Pencegahan penularan melalui gaya hidup
Banyak gaya hidup yang ditimbulkan oleh berbagai hal
misalnya karena pergaulan yang salah, sehingga melakukan gaya hidup yang
berisiko seperti minum-minuman beralkohol, menggunakan narkoba, sering
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, dan kejahatan
lainnya. Semua itu merupakan gaya hidup yang berbahaya. Beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk menanggulanginya dengan cara yang positif misalnya dengan
mengadakan kegiatan-kegiatan positif, kreatif atau keterampilan lainnya yang
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain (BKKBN, 2005).
f. Beberapa Kesalahan Persepsi terhadap HIV/AIDS
Ada beberapa kesalahan persepsi terhadap HIV/AIDS yang
berkembang di masyarakat dan belum tentu kebenarannya tetapi banyak yang
mempercayai bahwa persepsi mereka itu benar, diantaranya:
1.
HIV/AIDS adalah
penyakit kutukan Tuhan. Hal ini tidak benar karena setiap orang dapat tertular.
Baik orang dewasa, remaja, atau bayi sekalipun.
2.
HIV/AIDS adalah
penyakit orang barat atau turis. Pada kenyataanya penyebaran HIV/AIDS tidak
tergantung pada suatu daerah tertentu dan tidak hanya berdasarkan ras.
3.
HIV/AIDS hanya menular
melalui hubungan seksual, pada kenyataanya HIV/AIDS justru sering diakibatkan
oleh penggunaan jarum suntik secara bergantian di kalangan pengguna NAPZA,
selain itu virus ini dapat menular melalui tranfusi darah yang tercemar virus
HIV, atau dari ibu pada bayi yang dikandungnya.
4.
HIV/AIDS adalah
penyakit kaum homoseksual, awalnya memang demikian, namun saat ini justru
paling banyak diderita kaum heteroseksual.
5.
HIV/AIDS hanya akan
diderita oleh pekerja seksual, tidak hanya pekerja seksual tetapi setiap orang
dapat tertular jika berperilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS.
6.
HIV/AIDS dapat menular
melalui kontak sosial sehari-hari. HIV/AIDS tidak akan menular melalui kontak
sosial seperti makan bersama, bersalaman, menggunakan kamar mandi dan WC
bersama penderita HIV/AIDS (Dininuraini, 2012).
2.1.2. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan
merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010.a.).
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan (Wikipedia, 2011.a.). Pengetahuan adalah informasi atau maklumat
yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan
adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan
inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal
budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat
atau dirasakan sebelumnya (Wikipedia, 2011.b.).
Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behaviour).
Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2010.a.).
Berdasarkan
pengertian di atas maka pengetahuan tentang HIV/AIDS pada mahasiswa UNRAS adalah
pengetahuan mahasiswa tentang virus HIV, cara penyebaran dan gejala-gejala yang
timbul dari penyakit tersebut.
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo
(2003) mempunyai 6 tingkat, yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle)
di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang
telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dilakukan dengan
menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.
c. Kriteria Pengetahuan
Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi: Penilaian-penilaian
didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi
dengan anak yang kekurangan gizi. Menurut Nursalam kriteria untuk menilai dari
tingkatan pengetahuan menggunakan nilai:
1.
Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%.
2.
Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%.
3.
Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <56%.
(Nursalam, 2008).
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
1. Cara tradisional, yaitu: (a)
cara coba-coba (trial and error), (b)
cara kekuasaan atau otoritas, (c) berdasarkan pengalaman pribadi, (d) melalui
jalan pikiran,
2. Cara modern, yaitu: (a) metode
berfikir induktif, (b) metode berfikir deduktif (Notoatmodjo, 2003).
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Faktor Internal menurut
Notoatmodjo (2003)
a) Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh Notoatmojo
(2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada
kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan
sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan
diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi
terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang
cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku
sesuai dengan apa yang diharapkan.
c) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook,
1974) yang dikutip oleh Azwar (2011), Mengatakan bahwa tidak adanya suatu
pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif
terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih
mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama
membekas.
d) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang
lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya,
makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap
masalah yang dihadapi (Azwar, 2011).
2. Faktor
External menurut Notoatmodjo (2003), antara lain:
a) Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga dengan status
ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status
ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk
kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi
pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b) Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan
seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif
baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa
oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang
berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.
c) Kebudayaan/lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk
selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam
pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.
2.1.3. Sikap
a. Pengertian Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan yang objek tadi (Purwanto, 1998). Sikap adalah keadaan
mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan
situasi yang berkaitan dengannya. (Widayatun, 2009).
Menurut Notoatmodjo (2010.a.) sikap adalah
merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu
objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah
kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respons (Azwar, 2011).
b. Komponen Sikap
Struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling menunjang (Azwar,
2011). Ketiga komponen tersebut pembentukan sikap yaitu sebagai komponen
kognitif (kepercayaan), afektif (emosional), dan komponen konatif (tindakan)
1. Komponen kognitif, merupakan representasi apa yang dipercaya
oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini)
terutama apabila, menyangkut masalah suatu problem yang kontroversial.
2. Komponen afektif, merupakan perasaan
yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar
paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang
komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimilki seseorang terhadap
sesuatu.
3. Komponen konatif, merupakan aspek
kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimilki oleh
seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu, dan berkait dengan objek yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap sesorang adalah
dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
c. Fungsi Sikap
Fungsi sikap bagi manusia telah dirumuskan menjadi empat macam,
yaitu:
1. Fungsi
instrumental, fungsi peyesuaian atau fungsi manfaat.
Fungsi ini menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk
memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak
diinginkan, seseorang akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang
dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap
hal-hal yang dirasakannya akan merugikan dirinya.
2. Fungsi
pertahanan Ego
Sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan dirasa
akan mengancam egonya atau sewaktu ia mengetahui fakta dan kebenaran yang tidak
mengenakkan bagi dirinya maka sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.
3. Fungsi
pernyataan nilai
Nilai adalah konsep dasar mengenai apa yang dipandang sebagai hal
yang baik dan diinginkan.
4. Fungsi
pengetahuan
Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin
tahu, mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya (Azwar,
2011).
d. Tingkatan Sikap
Menurut
Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima
diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2. Merespon (responding)
Memberikan
jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah
adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang
lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
e. Sifat Sikap
Sikap dapat
pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif:
1. Sikap
positif
Sikap positif adalah apabila timbul persepsi yang positif terhadap
stimulus yang diberikan dapat berkembang sebaik-baiknya karena orang tersebut
memiliki pandangan yang positif terhadap stimulus yang telah diberikan.
2. Sikap
negatif
Sikap negatif apabila terbentuk
persepsi negatif terhadap stimulus yang telah diberikan. Sikap mungkin terarah
terhadap benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa,
pandangan-pandangan, lembaga-lembaga, terhadap norma-norma, nilai-nilai dan
lain-lain. (Purwanto, 1998)
f. Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap
adalah:
1.
Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya.
Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar,
haus, kebutuhan akan istirahat.
2.
Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat
dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila
terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada
orang itu.
3.
Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa
mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu
terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek
tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4.
Obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu tetapi
dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5.
Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan,
Sifat iniah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. (Purwanto, 1998)
g. Cara Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (2011), pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan
Skala Likert. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan
responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui
kuesioner (Notoatmodjo, 2003).
h. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Terdapat dua
faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor internal individu dan faktor
eksternal individu (Azwar, 2011):
1. Faktor Internal Individu terdiri
dari:
a) Emosi dalam diri individu, kadang-kadang
suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme ego.
b) Intelegensia, seseorang dengan
intelegensia yang tinggi akan dapat memutuskan sesuatu yang dapat mengambil
tindakan/sikap yang tepat saat menghadapi suatu masalah.
c) Pengalaman pribadi, apa yang telah
dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita
terhadap stimulasi sosial.
d) Kepribadian, orang dengan kepribadian
terbuka akan berbeda dalam mengambil sikap dengan orang yang berkepribadian
saat menghadapi situasi yang sama.
e) Konsep diri, seseorang yang memiliki
konsep diri yang baik, akan mengambil sikap yang positif saat menghadapi suatu
masalah/situasi berbeda dengan orang yang memiliki konsep rendah diri.
2. Faktor eksternal individu
a) Institusi atau lembaga pendidikan
atau lembaga agama, lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dari diri individu.
b) Kebudayaan, kebudayaan dimana kita
hidup dan didasarkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap. Ahli
psikologi terkenal, Burrhus Frederic Skiner sangat menekankan pengaruh
lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang.
c) Lingkungan, lingkungan yang kondusif
dimana masyarakatnya sangat terbuka dan mudah menerima hal-hal baru akan
membuat seseorang akan mengambil sikap positif yang tepat sesuai yang
diinginkan.
d) Media massa, sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media
massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang.
e) Orang lain yang dianggap penting,
orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang
ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang
yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus
untuk kita (significant others), akan
lebih banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Seorang
individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap orang yang dianggap
penting.
f) Situasi, dua orang yang sedang
menghadapi masalah yang sama tetapi dalam situasi yang berbeda maka sikap yang
diambil tidak akan sama.
2.1.4. Tindakan
a. Pengertian Tindakan (praktik)
Praktik merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa
yang diketahui atau yang disikapinya (dinilai baik). Praktik merupakan perilaku
terbuka (Notoatmodjo, 2007). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu
tindakan (overt behavior). Untuk
terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
b. Tingkatan Tindakan atau Praktik
Tingkatan
tindakan atau praktik terbagi menjadi 4 bagian yaitu:
1. Persepsi (perception)
Mengenal
dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya mahasiswa dapat memilih perilaku
yang dapat menghidarkan diri dari infeksi Human
Immunodeficiency Virus ( HIV ).
2. Respon terpimpin (guided respons)
Dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah
indikator praktik tingkat dua. Misalnya, proses proses perjalanan HIV dari
proses stadium 1, stadium 2, stadium 3 hingga stadium 4, dan sebagainya.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila
seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu
itu sudah merupakan kebiasaan maka ia
sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang mahasiswa dalam upaya
melakukan pencegahan agar tidak tertular penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).
4. Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi
adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang dengan baik. Artinya,
tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran
tindakannya tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa apabila seseorang memiliki pengetahuan yang baik serta sikap
yang mendukung tentunya akan berusaha untuk mempraktikkan apa yang telah
diketahui dan disikapi berkaitan dengan penyakit HIV/AIDS beserta bahaya dan
faftor-faktor penyebabnya.
There is a safe & effective Natural Herbal Medicine. For Total Cure Call +2349010754824, or email him drrealakhigbe@gmail.com For an Appointment with (Dr.) AKHIGBE contact him. Treatment with Natural Herbal Cure. For: Painful or Irregular Menstruation. HIV/Aids. Diabetics. Vaginal Infections. Vaginal Discharge. Itching Of the Private Part. Breast Infection. Discharge from Breast. Breast Pain & Itching. Lower Abdominal Pain. No Periods or Periods Suddenly Stop. Women Sexual Problems. High Blood Pressure Chronic Disease. Pain during Sex inside the Pelvis. Pain during Urination. Pelvic Inflammatory Disease, (PID). Dripping Of Sperm from the Vagina As Well As for Low sperm count. Parkinson disease. Lupus. Cancer. Tuberculosis. Zero sperm count. Asthma. Quick Ejaculation. Gallstone, Premature Ejaculation. Herpes. Joint Pain. Stroke. Weak Erection. Erysipelas, Thyroid, Discharge from Penis. HPV. Hepatitis A and B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Syphilis. Heart Disease. Pile-Hemorrhoid.rheumatism, thyroid, Autism, Penis enlargement, Waist & Back Pain. Male Infertility and Female Infertility. Etc. Take Action Now. contact him & Order for your Natural Herbal Medicine: +2349010754824 and email him drrealakhigbe@gmail.com Note For an Appointment with (Dr.) AKHIGBE.I suffered in Cancer for a year and three months dieing in pain and full of heart break. One day I was searching through the internet and I came across a testimony herpes cure by doctor Akhigbe. So I contact him to try my luck, we talk and he send me the medicine through courier service and with instructions on how to be drinking it.To my greatest surprise drinking the herbal medicine within three weeks I got the changes and I was cure totally. I don't really know how it happen but there is power in Dr Akhigbe herbal medicine. He is a good herbalist doctor.
BalasHapus