Rabu, 19 Agustus 2015

HIV & AIDS Sumber Bencana Dalam Kehidupan





 
2.1.    Telaah Pustaka
2.1.1. HIV/AIDS
a.    Pengertian HIV/AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) Dalam bahasa Indonesia AIDS disebut sindrom cacat kekebalan tubuh. Seseorang yang terinfeksi virus HIV atau menderita AIDS sering disebut dengan ODHA singkatan dari orang yang hidup dengan HIV/AIDS. Penderita infeksi HIV dinyatakan sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan gejala atau penyakit tertentu yang merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan virus HIV (Depkes RI, 2006).
Defenisi AIDS menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC)  dalam Jayanti (2008) lebih melihat pada gejala yang ditimbulkan pada tahapan perubahan penderita HIV/AIDS, yaitu pada orang dewasa remaja umur 13 tahun atau lebih adalah terdapatnya satu dari beberapa keadaan yang menunjukkan imunosupresi berat yang berhubungan dengan infeksi HIV, seperti Pneumocystis Carnii Pneumonia (PCP), suatu infeksi paru yang sangat jarang terjadi pada penderita yang tidak terinfeksi HIV mencakup infeksi oportunistik yang jarang menimbulkan bahaya pada orang sehat. Selain infeksi kanker dalam penetapan CDC 1993, juga termasuk ensefalopati, sindrom kelelahan yang berkaitan dengan AIDS dan hitungan tes darah menunjukkan jumlah CD4 < 200/ml.   
Virus HIV merupakan retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNAnya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang. Seperti retrovitus yang lain, HIV menginveksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang (klinik laten), dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA (Deoxyribonucleic Acid) dari CD4 (Cluster of Differentiation 4) dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam proses tersebut, virus ini menghancurkan CD4 dan limfosit T tetapi juga limfosit B, monosit, dan marofag dan sebagainya. Selanjutnya bisa memudahkan infeksi oportunistik di dalam tubuh. Kondisi inilah yang disebut AID (Depkes RI, 2006). 

b.    Cara Penularan HIV/AIDS

Penularan HIV akan terjadi bila ada kontak langsung atau percampuran cairan tubuh yang mengandung HIV, yaitu:
1.      Melalui hubungan seks dengan pasangan yang mengidap HIV, baik melalui vagina (genetalia), dubur (anus), maupun mulut (oral).
2.      Melalui tranfusi darah atau produk darah yang mengandung HIV.
3.      Melalui jarum suntik atau alat-alat penusuk (tindik, tato, cukur kumis/ jenggot), yang tercemar HIV, oleh karena itu pemakaian jarum suntik secara bersama-sama oleh para pecandu narkotika akan mudah menularkan HIV diantara mereka bila salah satu diantaranya seorang pengidap HIV.
4.      Ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayi dalam kandungannya                       (BKKBN, 2005).
Mengingat pola transmisi HIV atau penularan HIV seperti disebutkan di atas, maka terdapat orang-orang yang memiliki prilaku beresiko tinggi terinveksi HIV, diantaranya:
1.      Wanita dan laki-laki berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungan seksual tanpa pengaman (kondom).
2.      Wanita pekerja seksual dan pria pekerja seksual serta pelanggannya.
3.      Penyalahgunaan narkotika dengan suntikan yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama (bergantian).
4.      Menggunakan alat tindik, tato, jarum atau benda yang dilalui melalui tubuh yang bekas pakai.
5.      Tidak memakai alat-alat medis dan non medis terutama yang berhubungan dengan cairan tubuh manusia.
6.      Orang-orang yang melakukan hubungan seksual yang tidak wajar, seperti hubungan seks melalui dubur dan oral (BKKBN, 2005).

c.    Gejala HIV/AIDS

Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma kaposi, kanker leher rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma (Wikipedia, 2013).
Gejala HIV/AIDS menurut Mansjoer (1999) yaitu:
1.      Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
2.      Diare kronik yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
3.      Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
4.      Penurunan kesadaran dan sistem gangguan neurologi.
Menurut Gentara (2013), infeksi virus HIV menjadi sangat berbahaya karena tidak menunjukkan gejala spesifik. Penderita penyakit HIV biasa mengalami gejala yang sama seperti penyakit pada umumnya seperti demam, badan pegal-pegal, mual, muntah atau batuk kering. Berikut 10 gejala umum virus HIV:
1.      Demam
Demam ringan adalah gejala awal yang paling umum terjadi saat seseorang terpapar virus HIV. Demam ringan ini seringkali disertai dengan sakit tenggorokan, kelelahan yang ekstrim, dan pembekakan kelenjar getah bening. Demam adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh sebagai akibat dari masuknya virus HIV ke aliran darah dengan jumlah yang berlipat ganda.
2.      Nyeri otot
Nyeri otot dan persendian tak hanya dialami oleh orang-orang yang mengalami gejala penyakit hepatitis dan sifilis, tapi juga dirasakan seseorang yang telah terpapar virus HIV. Gejala ini seringkali diabaikan hingga paparan virus HIV benar-benar masuk ke tingkat yang mengkhawatirkan.
3.      Ruam kulit
Ruam bisa berupa bercak-bercak kemerahan pada kulit atau benjolan menyerupai jerawat dalam jumlah banyak yang tidak sembuh-sembuh. Gejala ini akan muncul jika paparan virus HIV telah mencapai pada tingkat yang lebih parah.
4.      Mual, muntah, dan diare
Antara 30-60 persen pengidap HIV akan mengalami gejala singkat mual, muntah, dan serangan diare. Selain sebagai gejala HIV tahap lanjut, gejala-gejala di atas juga bisa muncul sebagai efek samping dari terapi pengobatan.
5.      Berat badan turun drastis
Berat badan turun drastis merupakan gejala tahap lanjut bahwa tubuh telah terinfeksi HIV. Berat badan turun drastis bisa terjadi akibat diare atau kurangnya nutrisi tubuh akibat sering memuntahkan makanan.
6.      Batuk Kering
Biasanya batuk kering akan terjadi setelah satu tahun terjangkit virus HIV, sekaligus menjadi tanda bahwa penyakit ini semakin memburuk. Penggunaan obat batuk sekali pun tidak dapat meredakan batuk akibat paparan virus HIV.
7.      Perubahan pada Kuku
Tanda lain dari infeksi HIV adalah perubahan pada kuku seperti penebalan, kuku melengkung, dan perubahan warna seperti kuku menghitam atau muncul garis coklat vertikal atau horisontal dipermukaan kuku. “Perubahan kuku ini dapat terjadi akibat infeksi jamur seperti kandida. Mengingat penderita HIV mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh, maka jamur tersebut bisa sangat mudah berkembang,”
8.      Infeksi jamur pada mulut
Infeksi jamur tak hanya menyerang permukaan kuku, tapi juga organ lain seperti mulut. Jika jamur sudah menginfeksi mulut, maka pengidap HIV akan sulit untuk mengunyah dan menelan makanan.
9.      Kebingungan dan sulit konsentrasi
Masalah kognitif bisa menjadi tanda demensia terkait HIV. Selain mengalami kebingungan dan sulit berkonsentrasi, demensia terkait HIV juga dapat mempengaruhi memori dan masalah perilkau seperti mudah marah dan tersinggung. Gejala ini diiringi dengan menurunnya keampuan motoris tubuh seperti menjadi ceroboh, menurunnya kordinasi tubuh, dan bahkan hilangnya kemampuan untuk menulis.
10.  Herpes Genital
Herpes genital yang terjadi pada penderita HIV umumnya tidak memiliki gejala yang khas. Namun luka yang muncul cenderung lebih besar dan lebih dalam. Penyakit ini lebih banyak menular melalui hubungan kontak kulit dengan penderita, terutama saat berhubungan seks. Umumnya gejalanya adalah timbul bintil-bintil di bagian luar alat kelamin yang bentuknya memerah dan membengkak.

d.    Manifestasi Klinis HIV/AIDS

Menurut Depkes RI (2006) perjalanan penyakit infeksi HIV dapat dibagi dalam:
1.      Transmisi virus.
2.      Infeksi HIV primer (Sindrom retroviral akut).
3.      Serokonversi.
4.      Infeksi kronik asimtomatik.
5.      Infeksi kronik simtomatik
6.      AIDS (indikator sesuai dengan CDC 1993 atau jumlah CD 4<200/ml).
7.      Infeksi HIV lanjut ditandai dengan jumlah CD 4<500/ml.
Masa Inkubasi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Dalam beberapa literatur di katakan bahwa melalui transfusi darah masa inkubasi kira-kira 4,5 tahun, sedangkan pada penderita homoseksual 2-5 tahun, pada anak- anak rata-rata 21 bulan dan pada orang dewasa 60 bulan.
Ada beberapa tahapan ketika mulai terinfeksi virus HIV sampai timbul gejala AIDS:
1.    Tahap 1, periode jendela
a)      HIV masuk ke dalam tubuh, sampai terbentuknya antibodi terhadap HIV dalam darah.
b)      Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat.
c)      Test HIV belum bisa mendeteksi keberadaan virus ini.
d)     Tahap ini disebut periode jendela, umumnya berkisar 2 minggu – 6 bulan.
2.    Tahap 2, HIV Positif (tanpa gejala) rata-rata selama 5-10 tahun
a)      HIV berkembang biak dalam tubuh.
b)      Tidak ada tanda-tanda khusus, penderita HIV tampak sehat dan merasa sehat.
c)      Test HIV sudah dapat mendeteksi status HIV seseorang, karena telah terbentuk antibodi terhadap HIV.
d)     Umumnya tetap tampak sehat selama 5-10 tahun, tergantung daya tahan tubuhnya rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek).
3.    Tahap 3, HIV Positif (muncul gejala)
a)      Sistem kekebalan tubuh semakin turun.
b)      Mulai muncul gejala infeksi oportunistik, misalnya: pembengkakan kelenjar limfa di seluruh tubuh, diare terus menerus, flu, dan lain-lain.
c)      Umumnya berlangsung selama lebih dari 1 bulan, tergantung daya tahan tubuh.
4.    Tahap 4, AIDS
a)      Kondisi sistem kekebalan tubuh sangat lemah.
b)      Berbagai penyakit lain (infeksi oportunistik) semakin parah.
Terdapat beberapa klasifikasi klinis HIV/AIDS menurut CDC dan WHO dalam Depkes RI (2006). Klasifikasi dari CDC berdasarkan gejala klinis dan jumlah sebagai berikut:
CD4
Kategori Klinis
Total
%
A
(asimtomatik, infeksi akut)
B
(Simtomatik)
C
(AIDS)
≥500/ml
≥29%
A1
B1
C1
200-499/ml
14-28%
A2
B2
C2
<200/ml
<14%
A3
B3
C3


Kategori Klinis meliputi infeksi HIV tanpa gejala (asimtomatik), Persistent Generalized Lymphadenopathy, dan infeksi HIV akut primer dengan penyakit penyerta atau adanya riwayat infeksi HIV akut. Kategori B terdiri atas kondisi dan gejala (simtomatik) pada remaja atau dewasa yang terinfeksi yang tidak termasuk dalam kategori C.  Kategori klinis C meliputi gejala yang ditemukan pada pasien AIDS misalnya sarkoma kopasi, pneumonia pneumocystis carinni, kandidiasis esofagus, dan lain-lain.

e.     Pencegahan HIV/AIDS

Penyebaran HIV/AIDS dapat dicegah dengan berbagai cara, antara lain:
1.      Pencegahan penularan melalui hubungan seksual
a)      Memperkuat iman agar tidak terjerumus kedalam hubungan seksual di luar nikah.
b)      Hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangan sendiri (suami/isteri yang sah).
c)      Bila salah seorang pasangan terinfeksi HIV, maka sebaiknya menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual.
d)      Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
2.      Pencegahan penularan melalui darah
a)      Pastikan bahwa darah yang dipakai untuk tranfusi tidak tercemar HIV.
b)      Jika pengidap HIV (+) jangan mendonorkan darah kepada orang lain. Begitu pula jangan berperilaku resiko tinggi, misalnya berhubungan seksual dengan banyak pasangan.
c)      Desinfeksi atau bersihkan alat-alat tajam, seperti jarum, alat cukur, alat tusuk untuk tindik dengan menggunakan larutan desinfeksi atau dengan pemanasan.
3.      Pencegahan penularan melalui ibu-anak (perinatal)
Diperkirakan 50% bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV (+) akan terinfeksi HIV sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Oleh karena itu ibu yang mengidap HIV (+) sebaiknya tidak memutuskan untuk hamil.
4.      Pencegahan penularan melalui gaya hidup
Banyak gaya hidup yang ditimbulkan oleh berbagai hal misalnya karena pergaulan yang salah, sehingga melakukan gaya hidup yang berisiko seperti minum-minuman beralkohol, menggunakan narkoba, sering melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan, dan kejahatan lainnya. Semua itu merupakan gaya hidup yang berbahaya. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya dengan cara yang positif misalnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan positif, kreatif atau keterampilan lainnya yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain (BKKBN, 2005).

f.     Beberapa Kesalahan Persepsi terhadap  HIV/AIDS

Ada beberapa kesalahan persepsi terhadap HIV/AIDS yang berkembang di masyarakat dan belum tentu kebenarannya tetapi banyak yang mempercayai bahwa persepsi mereka itu benar, diantaranya:
1.      HIV/AIDS adalah penyakit kutukan Tuhan. Hal ini tidak benar karena setiap orang dapat tertular. Baik orang dewasa, remaja, atau bayi sekalipun.
2.      HIV/AIDS adalah penyakit orang barat atau turis. Pada kenyataanya penyebaran HIV/AIDS tidak tergantung pada suatu daerah tertentu dan tidak hanya berdasarkan ras.
3.      HIV/AIDS hanya menular melalui hubungan seksual, pada kenyataanya HIV/AIDS justru sering diakibatkan oleh penggunaan jarum suntik secara bergantian di kalangan pengguna NAPZA, selain itu virus ini dapat menular melalui tranfusi darah yang tercemar virus HIV, atau dari ibu pada bayi yang dikandungnya.
4.      HIV/AIDS adalah penyakit kaum homoseksual, awalnya memang demikian, namun saat ini justru paling banyak diderita kaum heteroseksual.
5.      HIV/AIDS hanya akan diderita oleh pekerja seksual, tidak hanya pekerja seksual tetapi setiap orang dapat tertular jika berperilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS.
6.      HIV/AIDS dapat menular melalui kontak sosial sehari-hari. HIV/AIDS tidak akan menular melalui kontak sosial seperti makan bersama, bersalaman, menggunakan kamar mandi dan WC bersama penderita HIV/AIDS (Dininuraini, 2012).

2.1.2. Pengetahuan
a.    Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2010.a.).
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan (Wikipedia, 2011.a.). Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Wikipedia, 2011.b.).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010.a.).
Berdasarkan pengertian di atas maka pengetahuan tentang HIV/AIDS pada mahasiswa UNRAS adalah pengetahuan mahasiswa tentang virus HIV, cara penyebaran dan gejala-gejala yang timbul dari penyakit tersebut.

b.    Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003) mempunyai 6 tingkat, yakni:
1.    Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.  
2.    Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
3.    Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
4.    Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5.    Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6.    Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.

c.    Kriteria Pengetahuan
Pengetahuan dapat dikategorikan menjadi: Penilaian-penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi. Menurut Nursalam kriteria untuk menilai dari tingkatan pengetahuan menggunakan nilai:
1.      Tingkat pengetahuan baik bila skor atau nilai 76-100%.
2.      Tingkat pengetahuan cukup bila skor atau nilai 56-75%.
3.      Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai <56%.
(Nursalam, 2008).

d.    Cara Memperoleh Pengetahuan
1.    Cara tradisional, yaitu: (a) cara coba-coba (trial and error), (b) cara kekuasaan atau otoritas, (c) berdasarkan pengalaman pribadi, (d) melalui jalan pikiran,
2.    Cara modern, yaitu: (a) metode berfikir induktif, (b) metode berfikir deduktif (Notoatmodjo, 2003).

e.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1.    Faktor Internal menurut Notoatmodjo (2003)
a)    Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh Notoatmojo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
b)    Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
c)    Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2011), Mengatakan bahwa tidak adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan, pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.
d)    Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi (Azwar, 2011).
2.    Faktor External menurut Notoatmodjo (2003), antara lain:
a)    Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
b)    Informasi 
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.
c)    Kebudayaan/lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang.

2.1.3. Sikap
a.    Pengertian Sikap
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan yang objek tadi (Purwanto, 1998). Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. (Widayatun, 2009).
Menurut Notoatmodjo (2010.a.) sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud disini adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respons (Azwar, 2011).

b.    Komponen Sikap
Struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling menunjang (Azwar, 2011). Ketiga komponen tersebut pembentukan sikap yaitu sebagai komponen kognitif (kepercayaan), afektif (emosional), dan komponen konatif (tindakan)
1.      Komponen kognitif,  merupakan representasi apa yang dipercaya oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila, menyangkut masalah suatu problem yang kontroversial.
2.      Komponen afektif, merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimilki seseorang terhadap sesuatu.
3.      Komponen konatif, merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimilki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu, dan berkait dengan objek yang dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap sesorang adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.

c.    Fungsi Sikap

Fungsi sikap bagi manusia telah dirumuskan menjadi empat macam, yaitu:
1.    Fungsi instrumental, fungsi peyesuaian atau fungsi manfaat.
Fungsi ini menyatakan bahwa individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan hal-hal yang tidak diinginkan, seseorang akan membentuk sikap positif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan mendatangkan keuntungan dan membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang dirasakannya akan merugikan dirinya.
2.    Fungsi pertahanan Ego
Sewaktu individu mengalami hal yang tidak menyenangkan dan dirasa akan mengancam egonya atau sewaktu ia mengetahui fakta dan kebenaran yang tidak mengenakkan bagi dirinya maka sikapnya dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.
3.    Fungsi pernyataan nilai
Nilai adalah konsep dasar mengenai apa yang dipandang sebagai hal yang baik dan diinginkan.
4.    Fungsi pengetahuan
Menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan dasar untuk ingin tahu, mencari penalaran dan untuk mengorganisasikan pengalamannya (Azwar, 2011).

d.    Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni:
1.    Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
2.    Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.
3.    Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga
4.    Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.

e.    Sifat Sikap
Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif:
1.    Sikap positif
Sikap positif  adalah apabila timbul persepsi yang positif terhadap stimulus yang diberikan dapat berkembang sebaik-baiknya karena orang tersebut memiliki pandangan yang positif terhadap stimulus yang telah diberikan.
2.    Sikap negatif
Sikap negatif apabila terbentuk persepsi negatif terhadap stimulus yang telah diberikan. Sikap mungkin terarah terhadap benda-benda, orang-orang tetapi juga peristiwa-peristiwa, pandangan-pandangan, lembaga-lembaga, terhadap norma-norma, nilai-nilai dan lain-lain. (Purwanto, 1998)

f.     Ciri-ciri Sikap
Ciri-ciri sikap adalah:
1.      Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.
2.      Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.
3.      Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4.      Obyek sikap itu merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
5.      Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan, Sifat iniah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. (Purwanto, 1998)

g.    Cara Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (2011), pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan Skala Likert. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, 2003).

h.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi sikap, yaitu faktor internal individu dan faktor eksternal individu (Azwar, 2011):
1.    Faktor Internal Individu terdiri dari:
a)      Emosi dalam diri individu, kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme ego.
b)      Intelegensia, seseorang dengan intelegensia yang tinggi akan dapat memutuskan sesuatu yang dapat mengambil tindakan/sikap yang tepat saat menghadapi suatu masalah.
c)      Pengalaman pribadi, apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulasi sosial.
d)     Kepribadian, orang dengan kepribadian terbuka akan berbeda dalam mengambil sikap dengan orang yang berkepribadian saat menghadapi situasi yang sama.
e)      Konsep diri, seseorang yang memiliki konsep diri yang baik, akan mengambil sikap yang positif saat menghadapi suatu masalah/situasi berbeda dengan orang yang memiliki konsep rendah diri.
2.    Faktor eksternal individu
a)      Institusi atau lembaga pendidikan atau lembaga agama, lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dari diri individu.
b)      Kebudayaan, kebudayaan dimana kita hidup dan didasarkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sikap. Ahli psikologi terkenal, Burrhus Frederic Skiner sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang.
c)      Lingkungan, lingkungan yang kondusif dimana masyarakatnya sangat terbuka dan mudah menerima hal-hal baru akan membuat seseorang akan mengambil sikap positif yang tepat sesuai yang diinginkan.
d)     Media massa, sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
e)      Orang lain yang dianggap penting, orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan, atau seseorang yang berarti khusus untuk kita (significant others), akan lebih banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Seorang individu pada umumnya cenderung untuk memiliki sikap orang yang dianggap penting.
f)       Situasi, dua orang yang sedang menghadapi masalah yang sama tetapi dalam situasi yang berbeda maka sikap yang diambil tidak akan sama.

2.1.4.   Tindakan

a.    Pengertian Tindakan (praktik)

Praktik merupakan tindakan seseorang dalam melaksanakan apa yang diketahui atau yang disikapinya (dinilai baik). Praktik merupakan perilaku terbuka (Notoatmodjo, 2007). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

b.    Tingkatan Tindakan atau Praktik

Tingkatan tindakan atau praktik terbagi menjadi 4 bagian yaitu:
1.    Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya mahasiswa dapat memilih perilaku yang dapat menghidarkan diri dari infeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ).
2.    Respon terpimpin (guided respons)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat dua. Misalnya, proses proses perjalanan HIV dari proses stadium 1, stadium 2, stadium 3 hingga stadium 4, dan sebagainya.
3.    Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan  maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang mahasiswa dalam upaya melakukan pencegahan agar tidak tertular penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).
4.    Adaptasi (Adaptation)
Adaptasi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut (Notoatmodjo, 2007).
Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang memiliki pengetahuan yang baik serta sikap yang mendukung tentunya akan berusaha untuk mempraktikkan apa yang telah diketahui dan disikapi berkaitan dengan penyakit HIV/AIDS beserta bahaya dan faftor-faktor penyebabnya.

1 komentar:

  1. There is a safe & effective Natural Herbal Medicine. For Total Cure Call    +2349010754824,  or email him   drrealakhigbe@gmail.com       For an Appointment with (Dr.) AKHIGBE contact him. Treatment with Natural Herbal Cure. For: Painful or Irregular Menstruation. HIV/Aids. Diabetics. Vaginal Infections. Vaginal Discharge. Itching Of the Private Part. Breast Infection. Discharge from Breast. Breast Pain & Itching. Lower Abdominal Pain. No Periods or Periods Suddenly Stop. Women Sexual Problems. High Blood Pressure Chronic Disease. Pain during Sex inside the Pelvis. Pain during Urination. Pelvic Inflammatory Disease, (PID). Dripping Of Sperm from the Vagina As Well As for Low sperm count. Parkinson disease. Lupus.  Cancer.  Tuberculosis.  Zero sperm count.  Asthma.  Quick Ejaculation. Gallstone,  Premature Ejaculation. Herpes. Joint Pain. Stroke. Weak Erection.  Erysipelas, Thyroid, Discharge from Penis. HPV.  Hepatitis A and B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Syphilis. Heart Disease.  Pile-Hemorrhoid.rheumatism, thyroid, Autism, Penis enlargement,  Waist & Back Pain.  Male Infertility and Female Infertility. Etc. Take Action Now. contact him & Order for your Natural Herbal Medicine:  +2349010754824  and email him    drrealakhigbe@gmail.com    Note For an Appointment with (Dr.) AKHIGBE.I suffered in Cancer for a year and three months dieing in pain and full of heart break. One day I was searching through the internet and I came across a testimony herpes cure by doctor Akhigbe. So I contact him to try my luck, we talk and he send me the medicine through courier service and with instructions on how to be drinking it.To my greatest surprise drinking the herbal medicine within three weeks I got the changes and I was cure totally. I don't really know how it happen but there is power in Dr Akhigbe herbal medicine. He is a good herbalist doctor.

    BalasHapus